Compassionate Parenting 1
"Wah Rigpa hebat ya?"
Dan Rigpa dengan tegas berteriak "Ngga hebat"
Tidak hanya orang yang memuji, kami sebagai orangtua nya pun terkejut mendengarnya.
Akhirnya ia mendapat cara menjawab yang keluar dari dirinya sendiri.
Selama ini kami terus memikirkan apa jawaban yang tepat yang harus di ucapkan ketika seseorang memuji Rigpa.
Memang gampangnya adalah bilang "Terimakasih" sambil tersenyum senang.
Pada kesadaran saat ini kami tidak ingin memberikan pujian, hadiah atau stimulus "Narkoba" lain pada anak agar menjadi senang.
Dan kalau kita mau jujur, pemberian pujian dan hadiah tujuan ujungnya bukanlah untuk anak, tapi untuk mereka yang memuji.
Hampir setiap orang hari ini termotivasi oleh 'Narkoba-narkoba' yang bernama pujian, penghargaan, pengakuan, persetujuan dan sejenisnya. sewaku kecil kita semua banjir suntikan yang diberikan oleh lingkungan sekitar.
Dosis narkoba ini berkurang sejalan dengan bertambahnya usia, karena itulah hari ini kita haus akan semua hal tersebut.
Kalau kita mau menengok kedalam dan jujur bertanya pada diri sendiri 'Mengapa saya berdandan?'
Mengapa saya membeli baju dengan tas dengan merk tertentu?
Mengapa saya ingin juara?
Mengapa saya ingin kaya? dan seterusnya, maka kita akan menemukan bahwa sumbernya adalah kita ingin mendapat narkoba tersebut.
Kita ingin dianggap hebat bukanlah salah, itu adalah pekerjaan ego, dan ego tidak pernah salah ia hanya tidak sadar.
Rigpa adalah Rigpa, ia tidak hebat dan juga sebaliknya dia bukan tidak hebat.
Kalau ia bisa menari, semuanya karena adanya proses yang terjadi sebelumnya, Dan semua orang sangat mungkin bisa bila ingin mengikuti proses tersebut.
Bila ada yang mengklasifikasikan bahwa itu adalah bakat dari lahir maka semua itu adalah karunia dari Nya, seperti yang diberikan pula pada setiap anak yang lahir dimuka bumi ini bukan?
Dan jika semua itu adalah berkah, lalu apa yang perlu banggakan dari diri ini?