Chapati Sempurna
Seorang Guru tua sedang membuat chapati (roti bundar dan agak kembung khas India) untuk murid-muridnya, setiap selesai memanggang chapati tersebut, sang guru meletakan ke piring murid dan berkata "Sempurna", sang murid bingung mengapa sang Guru selalu mengucap sempurna meskipun bentuk dari Chapati itu tidak bundar dan dibagian tepi terlihat banyak yg hangus.
Akhirnya salah satu murid memberanikan bertanya untuk mengusir kebingungannya, "Guru mengapa guru selalu berujar sempurna walaupun bentuk dari chapati ini tidak sempurna?".
Sang Guru tetap asyik dengan memanggangnya tanpa menghiraukan pertanyaan itu, dan kembali sambil meletakan chapati di piring sang murid sambil berguman "Sempurna"
Kesadaran sang Guru telah melewati dualitas, pada titik ini mata tidak melihat kejelekan juga kebaikan.
Hakim pikiran sudah nyenyak terlelap, apa yang terlihat adalah apa yang ada.
Yang bagus tidak diterima yang buruk tidak ditolak.
Semuanya bagaikan saudara kembar.
Semua berasal dari satu muara, tidak ada kawan dan tidak ada lawan, semua tercipta oleh tangan yang sama.
Dicaci tidak tersinggung, dipuji tidak tersanjung, ia yang ikhlas, ia yang telah kehilangan egonya, ia yang menyerah sepenuhnya adalah ia yang melihat semuanya sempurna.