"Bukan benci, lawan Cinta adalah takut" kurang lebih begitu pesan dari seorang Guru Spiritual yang saya sangat kagumi.



Cinta dan Takut, walau dikatakan berlawanan, namun acap kali mereka menggunakan kostum yang serupa.



Ortu memberi makanan yang banyak pada anaknya, adalah perwujudan kasih sayang agar anak itu tumbuh dan berguna atau ada ketakutan dalam dirinya kalau-kalau anaknya sakit?



Seorang anak belajar atau diminta belajar, apakah karena cintanya pada ilmu pengatahuan atau takut akan masa depan yang penuh persaingan?



Anda membuang sampah pada tempatnya, karena cinta pada lingkungan atau karena takut di denda, takut rumah menjadi bau, takut pada kemarahan istri, atau takut-takut lainnya ... ?



kita berdoa karena takut neraka atau cinta padaNya?



Hanya diri sendiri dengan kejujuran penuh yang dapat menjawabnya.



Memang idealnya adalah semua berdasarkan Cinta, namun bagi kita kebanyakan yang jauh dari pencerahan sempurna, bentuk Cinta dan Takut sering kali berkolaborasi dalam pikiran ini lalu mewujud dalam tindakan kita sehari-hari.


Dalam cinta ada takut dan dalam ketakutan tertanam benih cinta.

Mirip seperti lambang bulatan Yin-Yang dimana didalam hitam ada putih dan dalam putih ada hitam, keduanya saling memeluk dalam garis yang lentur.



Disaat kau menginginkan kemenangan disaat itu juga ada ketakutan kalah menyelip. semakin besar dan menggebu keinginanmu, semakin bongsor pula ketakutamu berkembang. 


Tentu tidak ada yang salah dengan ketakukan yang hadir, ia hanyalah konsekwensi yang tercipta dari keinginan yang kau genggam kuat, keinginan yang tak mau kau lepaskan hasilnya.


Genggaman ini menghasilkan ketegangan yang ujung-ujungnya menguras energi dan vibrasimu.



Kahlil Gibran — 'Our anxiety does not come from thinking about the future, but from wanting to control it'.
Apapun tindakanmu, Siapapun dukunganmu, berusahalah agar cinta pada apa yang kau lakukan lebih besar dari ketakutanmu.


Berusahalah melakukan segala sesuatunya dengan pikiran tenang dan selalu lepaskan keinginan untuk memastikan hasilnya.



Jika Penciptamu telah berpengalaman mengatur triliunan planet selama triliunan tahun dengan baik, mengapa kita harus menghabiskan energi, memikirkan siang dan malam dengan penuh ketakutan pada hal-hal yang baginya sangat kecil?