Bisul Lanjutan
Hari itu hari minggu, kami tahu dokter yang membedah luka kemarin tidak masuk.
Kami kembali ke rumah sakit yang sama untuk mengganti balutan perban.
Pemuda berperawakan kecil yang kemarin memasangkan perban itu tidak mengerti pertanyaan Tika, ia memanggil suster senior.
"Sus, bukankah nanah telah dibersihkan oleh dokter dan saat ini mengapa ia ada lagi?"
"Mungkin masih ada infeksi" jawabnya dengan nada ragu yang tersamar.
"Ok kalau gitu apakah perlu dibersihkan lagi atau dibiarkan saja?"
"Oh dokter kemarin menginstruksikan untuk mengganti, kalau mau pastinya, datang lagi aja besok dan bertemu dengan dokter bedah yang kemarin."
"Besok kami sudah pindah negara, apakah ada dokter jaga yang bisa dimintai advis sekarang?"
"Ada namun Anda harus menambah biaya."
"Ok"
Dalam hitungan detik Dokter tambun itu muncul, "Menurut saya, terjadi infeksi kembali, untuk itu perlu dibersihkan."
"Tadi sudah dicoba Dok, namun sulit sekali terangkat" potong Tika.
"Kita akan gunakan cairan khusus untuk memudahkannya"
"Antibiotiknya sudah diminum?
"Tidak dok, kami belum berminat untuk menelannya, bahkan kami berencana mendonasikannya."
Jawaban dokter tidak perlu saya lanjutkan, kita semua pasti sudah tahu.
Sungguh kami bukan memusuhi kapsul Antibiotik, ia telah menyelamatkan miliaran nyawa selama ini, sungguh penemuan yang luar biasa.
Bagi kami, selama masih bisa mendapatkan bahan natural dan juga masih mampu melakukan beberapa terapi pada diri sendiri, maka hal yang sifatnya mengandung efek samping lainnya kalau bisa dihindari.
Dalam hati, "saya sudah raw fasting seharian, minum air dan mengkremus kunyit, jahe, juga jeruk nipis. self therapy dan colloidal silver sudah juga, masa kurang juga dibanding bubuk kimia itu?"
Suster yang menuangkan hydrogen peroksida di lubang kawah sambil mengorek-ngorek nanah yang menggengam erat itu merasa diatas angin, berkali kali mengingatkan saya untuk meminum antibiotik, itu adalah harga mati yang tak boleh ditawar.
"Sus, apa tanda lain bila infeksi terjadi selain masih adanya nanah?"
"Badan panas, luka terasa lebih nyeri dan kulit merah disekitar luka lebih lebar."
"Oh" sergah saya,
"Kondisi badan saya sama sekali tidak panas, bahkan saya segar sekali dibanding beberapa hari lalu, dan warna merah tidak membesar, rasa di luka sama sekali tak terasa"
Ia tidak menghiraukan, ia tetap yakin dengan apa yang ia lihat dan lagi-lagi mengingatkan untuk tidak main-main dengan hal ini.
"Sus, pernah mendengar Colloidal Silver?" ia menggelengkan kepala.
"Saya akan menyemprotkannya sebelum luka ini ditutup ya?"
"Please, please" sambil menggoyangkan kepala dan kedua tangan yang bersarung plastik dan memegang benda besi.
Saya menarik nafas panjang yang membawa ingatan di suatu hotel di jakarta berbelas tahun yang lalu.
Seseorang berdiri dan maju lalu bertanya pada peserta "Apakah para ningrat itu memang berdarah biru itu adalah hanyalah kiasan?", kompak yang hadir "Kiasaaan".
Ia menggelengkan kepala, "Darah biru itu memang ada dan para bangsawan itu, memang darahnya tetap merah namun kebiru-biruan"
"Hah" sebagian besar meragukannya.
"Kenapa begitu? karena mereka mengkonsumsi makanan dan minumannya dengan menggunakan bahan perak."
Dalam takaran tertentu perak bila bercampur darah, menyebabkan warna pada darah terlihat kebiru-biruan, namun perak adalah pelenyap bakteri.
Kita bisa melihat jelas pada plester luka sebuah merek terkenal dimana bagian ditengah ada lapisan yang berwarna perak, atau penyaring air anti bakteri, biasanya mereka menggunakan perak sebagai filternya.
Resep air perak ini sangat populer diperadaban kuno, terutama disekitar India, Pakistan, Afganistan, Iran dan Irak.
Sekarang larutan silver ini disebut Colloidal silver, dan tentu ada banyak pro kontra bila kita mencari tau di internet, sama halnya pro kontra terjadi di bahan kimia lainnya bukan?
Lamunan saya terhenti oleh suara suster "Sudah rapi".
Memang plesterannya sudah rapi tapi sebelumnya saya melihat, walaupun dengan bantuan cairan kimia itu ia tak sanggup mengusir darah kuning yg terlihat liat itu.
"Jangan lupa ya untuk minum antibiotiknya ya", saya menjawabnya dengan senyum.
Apa yg terjadi kemudian?
Di Vietnam ,ternyata nanah malah menjadi-jadi,
silakan ikuti tulisan berikutnya.
Salam bahagia
NB: Perhatian: Tulisan-tulisan tentang apa yang terjadi pada diri saya terutama berkaitan pada tindakan medis dan kesehatan bukanlah sebuah refrensi.