Aroma Busuk
Memasuki kamar hotel dan mencium aroma benda yang membusuk.
Saya menduga aroma itu bermuara dari tempat sampah yang tidak dibersikan selama 4 hari sejak saya tinggal di kamar tersebut.
Karena larut saya pun menurut pada mata yang sudah mengkerut.
Pagi bangun dan melakukan berbagai aktivitas dengan biasa, sampai diri ini diajak keluar kamar oleh panggilan waktu.
Ada barang yang tertinggal memaksa saya memutar kunci kamar dan masuk kembali.
Terkejutlah saya dengan hati yang bertanya "Bagaimana saya bisa bertahan tidur dengan aroma menyengat seperti ini?".
Tanpa kita sadari kejadian mirip seperti diatas sering terjadi dalam kehidupan kita, utamanya yang tinggal di kota besar.
Saya memperhatikan sahabat yang luar biasa sibuknya, membandingkan dirinya dahulu ketika hidup di kota kecil dan sekarang, tanda stress ditubuhnya sudah sangat terlihat jelas namun ia tak merasakan apalagi mengakuinya.
Sementara disisi lain saya juga menemukan sahabat-sahabat yang mengeluh dengan banyaknya tekanan yang membuat dirinya stress, berpuluh kali ia megungkapkan ingin keluar dari semua 'masalah' yang dihadapai, dan setelah beberapa tahun saya menemuinya dengan gaya hidup yang tak berubah.
Di lain waktu saya sempat berbincang dengan sahabat yang mempunyai rutinitas super tetap, bukan hanya sewaktu kerja namun juga saat dirumah atau tempat lain.
Obrolan kami seputar 'manusia robot' dan ia menyangkal dan mengatakan bahwa fenomena itu tidaklah eksis.
Seperti saya dan mungkin kita semua sulit menyadari aroma yang kita terima dan kita hirup berjam bahkan bertahun sampai kita keluar dan masuk lagi.
Lebih dari duapuluh tahun lalu saya dibimbing masuk ke dalam diri saya dan menemukan sensasi dengan rasa yang luar biasa, sekembali dari keheningan itu baru saya sadar betapa stress nya saya selama ini.
Ketika kita membeli barang, menentukan pekerjaan, memilih pasangan, kita yakin bahwa itu adalah pilihan sadar kita dan tak merasa dipengaruhi siapa-siapa.
Sampai kita punya waktu masuk ke dalam dan melihat dengan jelas program-program yang menjalankan diri ini barulah kita mengerti bahwa kita tak ubahnya seperti robot-robot itu.
Meditasi, duduk hening, kontemplasi, tafakur atau dengan bahasa apapun kita ingin menyebutnya adalah suatu langkah keluar dari mode 'Automatic' menjadi 'Aware'.
Dunia yang kita hadapi mungkin sekali tetap sama, ritme yang cepat, tekanan dan tuntutan dari segala arah ditambah kegaduhan dimana-mana, namun bedanya sekarang kita menjadi lebih sadar.
Dengan kata lain, kalau kemarin stress saja, sekarang menjadi saya sadar kalau saya sedang stress.
Kesadaran ini bila dilatih lama-lama akan membimbing kita pada kesabaran, dan dengan sabar, hati menjadi lebar, dimana kita mampu memeluk kedua sisi ekstrim yg kembar di dalam diri.
Sedih bukanlah anak tiri, marah bukanlah penjahat, mereka dan semua kegalauan hadir untuk membangunkan kesadaran kita yang selama ini terlelap.
Sadari ... Sadari ... Sadari