Tidak bisa terlelap semalam karena tertidur di sore hari membuatku menilik timeline beberapa sahabat.

Ada yang isinya Ahok yang selalu benar dan berita kelompok yang melawan selalu salah.

Sementara timeline sahabat lainnya dipenuhi oleh wajah Habib Rizieq yang menentang dengan keras apa yang dianggap salah serta kelompok lain yang penuh kecurangan.

Semalam saya tidak tertarik untuk mencari tahu siapa yang benar dan salah atau menang dan kalah, dalam kepasrahan mata yang tak mau menutup, diri ini merenung.

Seperti Tuhan yang kita bela.

Sejatinya kita tidak pernah membela Tuhan, kita hanya membela Tuhan yang kita ciptakan, Tuhan yang ada di pikiran kita atau konsep tentang Tuhan.

Menggelikan juga mengerikan melihat mereka yang mengatasnamakan Tuhan.

Bila yang sakit parah sembuh, kita berkata Tuhan menyelamatkan.

Jika meninggal, Tuhan sayang sama dia dan ingin ia berada disisiNya.

Pernah ku mendengar di sebuah rumah Ibadah seorang bersaksi dirinya lolos dari bencana, sementara orang-orang lain yang tak seiman mati.

Sungguh susah bagi pikiranku yang bebal ini menerima konsep Tuhan menyelamatkan orang yang beragama tertentu dan menghukum yang lain, sementara disisi lain saya juga melihat banyaknya orang yang tidak beragama dan hidup layak bahkan berkelebihan.

Kalau celaka pada orang yang kita anggap jahat, kita menyebut hukuman, kalau terjadi pada mereka yang kita anggap baik, kita menyebut sebagai cobaan.

Kita percaya bahwa Tuhan menciptakan makhluk yang berbeda-beda dan segala hal yang terjadi adalah atas ijinNya, namun kita juga menjadi sensitif, membenci bahkan membunuh mereka yang mempunyai konsep yang berseberangan.

Kembali ke timeline facebook, Semakin memandangi semakin sadar, bahwa sebagian besar manusia termasuk diri ini tidak melihat apa adanya, kita hanya melihat dan mendengar apa yang ingin kita lihat dan dengar.

Ada begitu banyak berita bertebaran tentang Ahok dan Rizieq namun pikiran memfilternya, kalau cocok dengan keyakinan diri, kita anggap benar, bila tidak sesuai, kita langsung pastikan itu salah.

Kita hanya menshare apa yang kita ingin lihat dan dengar.

Tatkala seseorang melekat pada konsep ia tidak lagi melihat realita, Ia hanya ingin melihat apa yang ia yakini benar.

Jarang ada yang berani mengambil langkah untuk menerima ketidaksinkronan dari harapan dan kenyataan.

Kalau terjadi yang tidak sesuai, jago yang digadang kalah, orang dipuji salah, kita mencari alasan dan pembenaran.

Kita benar-benar ingin menghindari rasa tidak nyaman yang hadir di hati.

Bagi yang masih ingin mencari sensasi bangga, hebat, menang tentu akan terus menggunakan mesin pencari celah kesalahan lawan, menggunakan teropong yang terfokus pada kelemahan musuh.

Sementara yang ingin berjalan jauh ke dalam, melangkah meninggalkan kolam penghakiman dan menuju wilayah pengertian yang melewati bilik baik-buruk dan sekat benar-salah.

Orang-orang ini bukanlah orang-orang yang apatis, cuek atau tidak mau tahu, mereka berusaha melakukan yang menurutnya baik namun tidak di dorong oleh kebencian dan niatan untuk mengalahkan tetapi dengan welas asih, mereka bukan kerjaannya menyalahkan musuh melainkan bekerja dengan penuh kesadaran.

Kesadaran bahwa sifat apa yang ada di musuh atau lawan juga eksis di dalam diri.

Kesadaran bahwa yang menciptakan musuh dan lawan adalah Pencipta yang sama.

Kesadaran bahwa tugas utama manusia adalah menyelami dirinya sendiri, memeluk kedua sisi yang berlawanan.

Ketika didalam tidak ada lawan maka musuh di luar pun lenyap.

Tatkala di dalam damai, mata hati akan melihat Tuhan yang sama dalam diri Rizieq dan Ahok.